Jika di Indonesia kalian mengenal alat transportasi bernama becak, di Jepang ada juga alat transportasi serupa bernama Jinrikisha. Bahkan sebenarnya becaklah yang mengikuti Jinrikisha yang ada di Jepang. Seperti di Indonesia, keberadaan Jinrikisha ini pun sudah mulai menghilang dan hanya bisa ditemui di beberapa tempat.

Jinrikisha bermula pada tahun 1869 ketika seorang pria dari Amerika Serikat yang bernama Jonathan Scobie yang ingin berjalan-jalan di Yokohama dan ingin mengajak istrinya yang cacat untuk bisa ikut berjalan-jalan. Scobie kemudian membuat rancangan kereta kecil yang tidak usah ditarik kuda karena hanya untuk satu orang saja. Rancangan tersebut lalu dikirimkan ke sahabatnya, Frank Pollay, dan dikirimkan lagi kepada seorang pandai besi bernama Obadiah Wheeler yang kemudian membuatkannya becak. Lalu Jinrikisha menjadi alat transportasi utama di Jepang hingga sekitar tahun 1940-an.

Berbeda dengan becak di Indonesia yang pengemudinya di belakang dan cara menggunakannya adalah dengan dikayuh, pengemudi Jinrikisha berada di depan dan menarik pegangan becak dengan tangannya. Jinrikisha (人力車) berasal dari kata  jin (人) = manusia, riki (力) = daya atau tenaga,  dan sha (車) = kendaraan. Jadi memang benar jika kendaraan Jinrikisha ini ditarik oleh pemuda-pemuda  Jepang yang perkasa dan bertenaga.

Saat ini Jinrikisha masih bisa ditemukan di lokasi-lokasi wisata di Jepang, seperti di Kuil Asakusa, Tokyo atau di Arashiyama, Kyoto. Di Asakusa sendiri untuk menaiki jinrikisha tarifnya terbilang mahal, yaitu 4.000-6.000 yen atau sekitar 500.000 rupiah. Tarif ini untuk satu orang, sedangkan untuk dua orang bisa dikenakan biaya 10.000 yen atau satu juta rupiah. Dan biaya tersebut sesuai dengan durasi perjalanannya, biasanya 12-15 menit. Harganya cukup fantastis ya untuk sekedar naik becak.

Tapi bisa dicoba sih menikmati pemandangan kota lama sembari menaiki alat transportasi tradisional Jepang. Sebelumnya daftar sekolah dulu di JIC Indonesia yuk.